Sepenggal Kisah Tentang Seorang Ayah yang Rela Diam Demi Membeli Susu Anak

Siluet oleh pngwing.com

Hari itu, seorang karyawan yang sedang duduk di kantin pabrik. Lantas pemilik warung heran, kenapa saat jam kerja sekarang ini masih ada karyawan yang masih di kantin. Percakapan dimulai, pemilik warung pun duduk disampingnya sembari bertanya kepada karyawan itu. Kemudian karyawan itu menjawab, dirinya baru saja menghadap pemimpinnya yang mengatakan bahwa ia memutuskan hubungan kerja mulai besok nanti. Pemimpinnya menjelaskan, dampak pandemi Covid-19 menjadi alasan utama karena jumlah konsumen semakin sedikit, sehingga harus ada penurunan produksi dan SDM, supaya pabriknya bisa tetap bertahan. Pemilik warung yang mendengarkan cerita itu langsung paham alasan mengapa karyawan itu masih di kantin, padahal sudah waktunya jam kerja.

Disela-sela pembicaraan, tiba-tiba pemimpin pabrik datang dan langsung menghampiri karyawan itu. Ia marah-marah kepada karyawan itu karena masih berada di kantin, padahal sudah waktunya jam kerja. Pemilik warung yang mencoba menenangkan pemimpin pabrik tetap saja gagal. Karyawan tersebut hanya mengiyakan apa yang pemimpin pabrik katakan, karena dirinya sudah lelah dan pasrah, memikirkan harus kerja dimana lagi untuk bisa terus menghidupi keluarga kecilnya. Akhirnya, karyawan itu pergi meninggalkan kantin, beserta pemimpin pabrik dan pemilik warung. Ia bingung harus pergi kemana, karena jika ia pulang ke rumah pada saat jam kerja, malah akan dimarahi oleh istrinya.

Setelah sampai di depan parkiran motor, ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Entah apa yang akan ditanyakan orang di rumah, jika saat jam kerja dirinya malah sudah pulang. Di persimpangan lampu merah, ia terus memikirkan bagaimana caranya bersikap baik-baik saja saat diri kita sendiri sedang tidak baik-baik saja. Apa yang akan terjadi setelah dirinya menceritakan tentang semua yang terjadi di hari ini. Apa ia harus terus terang, atau menyembunyikan semuanya atas apa yang terjadi di hari ini. Lampu yang merah, berubah menjadi hijau. Bunyi klakson pun sudah dibunyikan. Ia pun menarik gas nya, sambil membawa pikiran tadi.

Bunyi nada telepon membuatnya berhenti ke bahu jalan. Istrinya menelepon, bercerita tentang susu anaknya yang habis, dan meminta tolong jika pulang nanti sekalian membelikannya di mini market. Telepon pun mati, ia kembali menarik gas nya menuju mini market terdekat untuk membeli susu. Setelah membeli susu, ia langsung menuju rumahnya, terlihat hari sudah siang menjelang sore, pertanda jam kerja akan berakhir.

Ia pun akhirnya sampai di rumah, istrinya menyambut dengan gembira karena suaminya pulang lebih awal. Ia menjelaskan maksud pulang lebih awal karena kerjaannya sudah selesai. Ia heran, mengapa harus berbicara seperti itu kepada istrinya, padahal apa yang ia katakan barusan hanyalah kebohongan.

Sore berganti petang, istrinya yang hanya baru beberapa jam melihat dirinya di rumah, merasa aneh akan sikapnya yang tidak seperti biasanya. Istrinya mencoba memulai topik pembicaraan dan menanyakan apa yang terjadi di hari ini sehingga dirinya terlihat berbeda dari biasanya. Ia pun juga heran, mengapa istrinya bisa tahu bahwa ia mempunyai masalah. Akhirnya, ia mencoba menjelaskan dari awal bahwa dirinya tidak bekerja lagi mulai besok, karena dampak pandemi membuat konsumen menjadi menurun, akibatnya jumlah produksi dikurangi sehingga ada pemutusan hubungan kerja bagi beberapa karyawan, termasuk dirinya.

Istrinya pun mencoba memahami atas apa yang ia katakan dan menjelaskan seharusnya ia berterus terang diawal. Ia pun menjelaskan, bahwa dirinya tidak mau membuat orang di rumah memikirkan beban yang sama sepertinya. Ia ingin orang yang berada di rumah itu baik-baik saja seperti biasanya, meski dirinya sedang tidak baik-baik saja.




Penulis : Ahmadnrdn

Editor : sha

Lebih baru Lebih lama