Sampah Senioritas

Sumber foto : Dicky Adam Sidiq/ kumparan.com


Tulisan saya ini terinspirasi dari akun Twitter @EsTeh__28. Akun tersebut memposting sebuah video yang memperlihatkan pria gondrong yang diduga seorang mahasiswa senior melakukan kekerasan terhadap juniornya. 

Sumber video Twitter @EsTeh__28

Mahasiswa sebagai Agent of Change atau agen perubahan dalam masyarakat yang seharusnya peka terhadap lingkungan masyarakat, justru mempraktikkan penindasan terhadap sesama mahasiswa. Mahasiswa yang seharusnya merangkul adik tingkatnya agar dapat bahu-membahu untuk membawa perubahan di masyarakat, justru mempraktikkan senioritas terhadap juniornya. Apakah label mahasiswa ini hanya sebatas label siswa yang di "maha" kan, sebab masih terikat ego yang hanya mementingkan eksistensi dirinya sendiri maupun teman seideologinya.

Pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belajar, justru didalamnya terdapat rasa senioritas yang menindas junior-juniornya. Dilansir dari bumirakyat.wordpress.com, Penggojlokan atau perponcloan (senioritas) merupakan salah satu bentuk kekerasan paling tua dalam dunia pendidikan Indonesia. Muasalnya bisa ditelusuri mulai dari rezim pemerintah kolonial Hindia Belanda yang mulai menjalankan politik etis. STOVIA, Geneeskundinge Hooge School (GHS), Technische Hooge School (THS), merupakan beberapa perguruan tinggi rezim kolonial Belanda di Indonesia yang menjalankan perploncoan terhadap mahasiswa baru. Mahasiswa-mahasiswa senior (mayoritas adalah kaum Belanda totok) dengan bentakan dan teriakan rasis serta mewajibkan mahasiswa baru untuk memakai atribut yang memalukan, serta melakukan permainan-permainan untuk menghina kaum pribumi.

Oleh karena itu, sangat jelas bahwa senioritas merupakan suatu bentuk penjajahan warisan kolonialisme Belanda agar dapat membangun sikap yang tunduk, bungkam dan memuja senioritas. Warisan budaya senioritas ini harus kita lawan dan kita tinggalkan. Apapun alasannya, budaya senioritas ini juga secara tidak langsung berarti menjajah hak junior. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal tentang akhlakul karimah yang berarti akhlak yang mulia. Menghormati orang yang lebih tua juga termasuk dalam akhlak yang mulia, dan termasuk juga dalam senioritas yang positif. Tetapi, apakah bisa dikatakan hal positif ketika kita sudah menghormati senior, tapi senior itu malah memberikan penindasan terhadap kita? Seperti yang dikatakan Rossa Luxemburg, sejatinya di dunia ini kita semua setara, berbeda secara manusiawi dan sepenuhnya berhak atas kebebasan.





Penulis : Amd

Editor : sha

Lebih baru Lebih lama