Menghadapi Fase Quarter Life Crisis


Ilustrasi gambar oleh Pinterest

Banyak dari mereka yang memasuki usia 20 hingga 25 tahun mengalami kecemasan berlebih, khawatir akan masa depan dan bingung akan dirinya sendiri.

Orang yang ada dalam fase ini akan mengalami kondisi krisis emosional yang melibatkan perasaan seperti depresi, frustrasi, terjebak dalam kecemasan yang tidak berujung, tidak bahagia, bingung, ketakutan dan merasa sulit untuk keluar dari emosi-emosi tersebut.

Pada usia terebut, seringkali orang-orang di sekitar mereka menaruh harapan lebih, adapula yang memikul tanggung jawab di pundaknya yang terasa lebih berat dari sebelumnya, juga ekspektasi orang-orang terhadap mereka yang jauh lebih besar.

"Rasanya kok berat banget ya ada di posisi ini"

"Masa depanku gimana ya?"

"Apa aku bisa?"

"Kok aku gini-gini aja ya?"

Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam QLC. Pertama, perasaan terjebak dalam sebuah situasi entah itu pekerjaan, hubungan atau hal lainnya. Kedua, harapan bahwa akan muncul sebuah perubahan dalam hidup. Ketiga, mulai membangun kembali hidup yang baru. Keempat, mengukuhkan komitmen seputar aspirasi, motivasi dan tujuan.

Tapi bukan berarti orang-orang yang terjebak dalam Quarter Life Crisis akan selamanya berada dalam kondisi tersebut. Itu hanyalah sebuah fase, yang artinya kita mampu untuk melewati itu semua. Jangan berlama-lama ada dalam krisis emosi karena akan menghambat proses kamu dalam kejar mimpi.

Ada beberapa cara supaya kamu bisa menghadapi fase Quarter Life Crisis dan fokus pada tujuan diantaranya :

1. Bersabar atas proses dari diri kita.

2. Lakukan hal yang membuat diri kita nyaman.

3. Tidak membandingkan diri dengan yang lain.

4. Bersyukur atas apa yang ada pada diri kita saat ini.

5. Serahkan pada Sang Pencipta



Penulis : L

Editor : sha

Lebih baru Lebih lama