Artikel, Narayanews - Perempuan
kerap kali dipandang lemah, terbatas, dan tidak memiliki banyak kemampuan. Tak
jarang, perempuan sering diasumsikan sebagai pribadi yang harus berdiam diri di
rumah. Masih banyak masyarakat menganggap perempuan yang meraih pendidikan tinggi-tinggi itu percuma, karena akan berujung di dapur juga, memasak, menyapu,
mengurus anak, dan lain sebagainya.
Padahal,
perempuan juga dapat bekerja, menghasilkan uang, serta berpendidikan tinggi.
Jika berakhir memilih menjadi ibu rumah tangga pun tidak ada yang percuma,
karena dengan seorang perempuan memiliki ilmu maka akan lebih mengerti
bagaimana pola asuh anak, berumah tangga yang baik dan berperilaku yang baik.
Stigma
sendiri Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungannya. Sementara itu, menurut Kementerian Kesehatan (2012), stigma
merupakan tindakan memberikan label sosial yang bertujuan mencemari seseorang
atau sekelompok orang dengan pandangan buruk. Stigma adalah proses devaluasi
dinamis yang dengan signifikan mendiskreditkan seseorang.
Stigma
dapat muncul karena suatu hal dianggap aneh oleh masyarakat.
Bagaimana
menjadi perempuan Indonesia yang memiliki stigma negatif?
Jelas
sangat mengganggu, contoh lain seperti seorang perempuan yang sudah berusia 25 tahun tetapi belum menikah, maka akan diolok-olok sebagai perawan tua atau yang lebih parah
nya lagi di olok-olok sebagai perempuan yang tidak laku. Padahal, menikah bukan
lah mengenai umur akan tetapi mengenai kesiapan setiap individu.
Jelas dalam hal seperti itu, menjadi perempuan Indonesia yang penuh stigma sangatlah mengganggu. Perempuan harus menikah sebelum umur 25, tidak boleh
berpendidikan tinggi, berujung menjadi ibu rumah tangga, dan kecil langkah
tidak seperti laki-laki yang bebas.
Stigma
masyarakat terhadap perempuan harus diluruskan. Perempuan juga punya kesempatan
dan hak yang sama seperti laki-laki, perempuan dapat mengembangkan dirinya dan
meraih cita-citanya.
Sebagai seorang perempuan, tidak ada salahnya jika menjadi pemimpin dan mendapat dukungan. Karena pada akhirnya, dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap perempuan dapat mengubah perspektif dan cara pandang masyarakat terhadap perempuan, dimana perempuan juga dapat dipercaya bahwa perempuan memiliki perencanaan atau perubahan yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar.
Penulis : y
Editor : sha