Sejak pandemi hadir, seluruh kegiatan mulai dari
pendidikan hingga perkantornya dilaksanakan dengan online. Sejak awal tahun
2020 hingga saat ini kita tidak terlepas dari zoom dan kawan-kawannya.
Beberapa dari kita merasa senang ketika seluruh kegiatan kita dilakukan dengan
metode online. Namun, siapa sangka kebahagiaan itu pudar seiring waktu
melakukan segalanya di depan layar nyatanya tidak seenak yang kita kira,
kondisi inilah yang dikenal dengan Zoom Fatigue atau kelelahan akibat
zoom.
Apa itu zoom fatigue? Mengapa kita mengalaminya?
Dan bagaimana cara mengatasinya?
Secara sederhana zoom fatigue berarti rasa lelah,
cemas, dan khawatir yang disebabkan oleh aplikasi-aplikasi konferensi video
seperti zoom. Menjalankan meeting online memang tidak menghabiskan
terlalu banyak tenaga, namun sejak pandemi melanda hampir setiap harinya kita
menghabiskan waktu di depan layar. Lalu apa yang menyebabkan zoom fatigue ini?
Brian Wind, Anggota Dewan Pimpinan American Psychological
Association menjelaskan ada sejumlah hal yang membuat aktivitas konferensi
video bisa begitu melelahkan. Salah satunya adalah saat kita berinteraksi
dengan seseorang secara langsung. Ketika kita berinterkasi secara langsung,
kita tidak hanya mendengar suara mereka dan melihat wajah mereka saja, akan
tetapi kita juga menangkap isyarat sosial seperti gestur bahkan energi
seseorang. Ketika kita melakukan konferensi video, otak akan bekerja keras agar
dapat memproses informasi. Hal inilah yang memicu stres dan menghabiskan energi
apabila dilakukan dalam waktu yang panjang.
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Ramachandran di website Universitas Stanford, terdapat empat penyebab zoom fatigue:
1. Kontak
mata jarak dekat yang intens dan
berlebihan
Dalam pertemuan offline, kita dapat melihat lawan bicara, mencatat atau memandang ke arah yang lain. Tetapi ketika melakukan pertemuan online (zoom),
kita orang melihat semua orang, sepanjang
waktu. Bahkan meskipun
kita bukan sebagai pembicara dalam pertemuan, orang-orang akan tetap melihat kita. Sumber stress lainnya adalah
ukuran monitor. Wajah
pada monitor akan tampak lebih besar dari yang biasa kita lihat secara langsung.
2. Melihat
diri sendiri selama obrolan video terus-menerus secara real-time.
Sebagian besar
platform konferensi online
akan menampilkan wajah kita di monitor. Ketika kita melihat cerminan diri sendiri, kita akan menjadi lebih kritis terhadap
diri sendiri.
3. Mengurangi
mobilitas
Ketika kita melakukan
obrolan atau pertemuan melalui telepon, hal ini memungkinkan kita untuk
bergerak dan berpindah tempat, karena hanya suara kita yang terdengar. Namun
ketika melakukan video conference kita seakan-akan dipantau oleh kamera yang
mengharuskan kita berada di tempat yang sama.
4. Beban
kognitif jauh lebih tinggi dalam obrolan video.
Ketika melakukan pertemuan tatap muka
biasa, komunikasi nonverbal terjadi dengan natural dan masing-masing pihak
secara natural menafsirkan gestur nonverbal secara tidak sadar. Namun, dengan
video chat, kita harus bekerja lebih keras lagi untuk mengirim dan menerima
sinyal. Misalnya, untuk menyatakan bahwa kita setuju akan suatu pendapat, kita
harus menganggukkan kepala lebih keras atau memberikan jempol.
Dillansir dari SehatQ, ada beberapa cara untuk mencegah
dan mengatasi zoom fatigue, diantaranya :
1.
Istirahatkan mata dari layar monitor dan melakukan
peregangan
2.
Luangkan waktu 30-60 menit setiap hari untuk berolahraga
3.
Ubah metode komunikasi dari panggilan video menjadi
panggilan telepon atau email
4.
Undang orang-orang yang hanya memiliki kepentingan saja
ke dalam pertemuan
5.
Batasi durasi pertemuan agar tidak terlalu panjang,
misalnya maksimal 25 menit.
Penulis : Wildaan
Editor : sha