Pola Basi Revolusi

 

Sumber Gambar tempo.com

Sejak dulu krisis memang seringkali menjadi awal sebuah revolusi. Revolusi artinya perubahan dalam suatu tatanan sosial atau perubahan dalam tata sebuah negara dengan cara kekerasan atau cara yang tidak sah secara hukum, bisa jadi perubahan yang dihasilkan dari sebuah revolusi berupa perubahan dalam bentuk negara, perubahan ideologi negara, perubahan struktur pemerintahan atau perubahan kondisi sosial. 

Sejarah telah mencatat revolusi biasanya diawali dengan adanya krisis apapun itu bentuk krisisnya, entah krisis ekonomi, krisis pangan dan lain-lain. Tapi biasanya yang sering terjadi adalah pada saat krisis ekonomi, di saat negara sedang mengalami pandemi Covid-19 seperti ini seharusnya menjadi kehati-hatian, karena Covid-19 telah membuat banyak negara masuk ke jurang resesi. Resesi dapat mengakibatkan krisis, ketika krisis, rakyat menjadi susah dan mudah sekali stres, ketika sudah gampang sekali stres maka rakyat akan mudah sekali termakan isu dan propaganda. Tentunya ini akan menjadi santapan empuk dari politikus-politikus nakal yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, politikus nakal tidak peduli dengan rakyat yang mereka pedulikan, hanyalah kesempatan untuk berkuasa, mau jalan sendiri, mau disponsori elit globalis mereka tidak peduli, yang penting ada kesempatan, jalan saja. Dan pola revolusi itu selalu sama dari dulu. Polanya adalah : Adanya krisis, Munculkan isu, Goreng isunya “bila perlu taburkan sedikit hoax”. Goreng isu sampai rakyat menjadi marah dan merasa kecewa pada pemerintahan yakinkan rakyat bahwa pemerintahan gagal mengelola negara lalu rakyat turun ke jalan untuk berunjuk rasa. 

Dalam revolusi ekstrim, unjuk rasa bisa berakhir dengan kekerasan sehingga negara menjadi chaos. Negara yang mudah menjadi chaos akan membuat pemimpin negara cepat-cepat mundur dari jabatannya, ini bisa juga disebut sebagai kudeta alias pelengseran pemerintahan yang sah tanpa melalui proses hukum yang legal. Dalam sejarah, sudah banyak peristiwa revolusi tercatat yang semuanya diawali dengan krisis dan diwarnai dengan unjuk rasa rakyat yang merasa kecewa dengan pemerintah. Apa Sajakah Revolusi itu? 

1. Revolusi Prancis (1789) 

Revolusi Prancis pada tahun 1789 ini adalah revolusi yang paling terkenal dalam sejarah, karena ini adalah revolusi besar pertama dalam sejarah yang berhasil melengserkan kerajaan di Prancis dan merubah negara Prancis dari monarki menjadi republik. Awal mula terjadinya revolusi juga karena Prancis mengalami krisis akibat terlibat perang dan mengalami gagal panen, rakyat yang kesulitan mencari nafkah dan mencari makan akhirnya termakan oleh isu yang berhembus, isunya apalagi kalau bukan pihak kerajaan gagal mengelola Prancis? Ditambah dengan sedikit hoax rakyat jadi terpicu kemarahannya, pada akhirnya rakyat pun turun ke jalan dan menyerbu penjara bastilles mereka merebut persenjataan yang ada disana. Seketika kondisi negara jadi super chaos dan berujung pada penggulingan kekuasaan Raja Louis XVI dan raja inipun kemudian dieksekusi mati oleh rakyat. 

2. Revolusi Bolshevik (1917) 

Rusia awalnya adalah negara kekaisaran yang dipimpin oleh seorang Tsar, namun Tsar waktu itu tidak mengizinkan elit-elit bankir untuk mendirikan bank sentral dan mengontrol keuangan Rusia. Ketika Rusia terlibat dalam perang dunia pertama, Rusia malah mengalami krisis akibat sulitnya ekonomi saat perang akhirnya rakyat menjadi marah, banyak isu beredar bahwa keluarga Tsar hidup bermewah-mewahan sementara rakyatnya kelaparan dalam krisis perang dunia, gelombang massa pun tidak terhindar rakyat turun kejalan dengan marah. Revolusi terjadi dan berhasil membunuh Tsar beserta keluarganya, lalu muncul seorang pemimpin baru dari hasil revolusi untuk menggantikan Tsar. Bentuk negara berubah dari kekaisaran menjadi republik yang komunis. 

3. Revolusi Pembubaran Uni Soviet (1991) 

Pembubaran Uni Soviet ini terjadi pada tahun 1991, akibat revolusi ini Uni soviet pecah menjadi 14 negara baru meliputi Rusia dan beberapa negara kecil yang ada di sekitar Rusia saat itu. Setelah revolusi bolshevik terjadi, Rusia berganti nama menjadi Uni Soviet dan ber-transformasi menjadi negara adidaya pesaing Amerika Serikat. Tapi di pertengahan tahun 1980-an, Uni Soviet mulai mengalami krisis ekonomi akibat menurunnya ekspor minyak dan mereka kalah ekspor dengan Saudi Arabia. Krisis membuat rakyat menjadi terpecah, emosi dan tidak lagi mendukung pemerintahan yang sah. Demonstrasi dan kekerasan terhadap sesama rakyat juga terjadi pada akhir tahun 1980-an. Rakyat Uni Soviet semakin terpecah-belah akibat munculnya isu konflik antar etnis yang terjadi selama masa demonstrasi akibat semakin rumitnya kondisi ekonomi yang ada, dan terjadinya serangkaian demonstrasi yang berakhir dengan kekerasan akhirnya presiden Uni Soviet kala itu Mikhail Gorbachev mengundurkan diri dari jabatanya sebagai presiden di tanggal 25 desember 1991. Keesokan harinya Uni Soviet resmi dibubarkan dan rakyat yang terpecah-pecah berdiri menjadi negara sendiri-sendiri di sekitaran Rusia saat ini. 

4. Runtuhnya Tembok Berlin – Jerman (1989) 

Setelah terjadinya perang dunia ke II, Jerman terbagi menjadi 2 negara terpisah yakni Jerman Barat dan Jerman Timur. Jerman barat dikuasai oleh negara-negara yang tebentuk dalam blok kapitalis saat perang dingin seperti Amerika Serikat, Inggris dan Prancis. Sedangkan Jerman Timur dikuasai oleh blok komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Ternyata, Jerman Barat yang dikuasai oleh negara kapitalis justru mengalami kemajuan ekonomi, sedangkan Jerman Timur yang dikuasai Uni Soviet justru mengalami kemunduran ekonomi. Akibatnya banyak warga Jerman Timur yang berpindah ke Jerman Barat. Perpindahan warga Jerman Timur ke Jerman Barat ini membuat Jerman Timur jatuh ke dalam krisis ekonomi, akhirnya dibangunlah tembok Berlin ini yang berfungsi sebagai pencegah perpindahan warga dari Jerman Timur ke Jerman Barat. Tapi yang namanya rakyat Jerman Timur sudah mengalami krisis ekonomi dan kesulitan mencari nafkah, akhirnya tetap banyak yang nekad melintasi tembok Berlin. Dalam sejarah tercatat ada sekitar 5000 warga Jerman Timur yang mencoba melewati tembok pembatas tersebut dengan cara yang berbeda-beda, ada yang memanjat di atas kawat berduri, terbang dengan balon udara panas, hingga merangkak melalui selokan di sekitar tembo,k namun tak sedikit juga dari mereka yang mati saat melintasi perbatasan. Menurut Alexandra Hidebrandt direktur museum pos pemeriksaan charlie, jumlah warga Jerman Timur yang mati diperkirakan berjumlah 200 orang, rata-rata kematian warga Jerman Timur yang mencoba menyebrang adalah karena ditembak oleh penjaga perbatasan tembok Berlin yang dibangun pemerintah Jerman Timur, yang akhirnya menuai reaksi dari beragam kalangan. 

Pada pertengahan tahun 1989, terjadi juga krisis di Uni Soviet sehingga berpengaruh pada Jerman Timur yang semakin susah. Semakin banyak rakyat Jerman Timur yang akhirnya berpindah ke Jerman Barat walaupun harus memutar melalui negara Austria-Hungaria. Ini tentu saja membuat pemerintah Jerman Timur marah dan membuat keputusan bahwa ia akan memobilisasi rakyat yang dianggap berkhianat dan kriminal untuk pindah ke Jerman Barat menggunakan kereta api. Pernyataan pemerintah Jerman Timur ini tentu saja memancing kemarahan rakyat, akhirnya demonstrasi besar-besaran pun terjadi dan berlangsung selama dua bulan. Puncaknya, pada tanggal 04 November 1989 ketika hampir setengah juta demonstran berkumpul di Alexanderplatz memprotes pernyataan pemerintah. Akibat situasi yang semakin kacau dan atas desakan dari pemimpin Uni Soviet, maka pemimpin Jerman Timur Erich Honecker mengundurkan diri pada 18 Oktober 1989. Setelah demo berakhir pada tanggal 07 November terjadi pengunduran diri besar-besaran yang dilakukan oleh para anggota kabinet Jerman Timur. Esoknya larangan untuk menyebrang ke Jerman Barat pun dicabut dan ini membuat rakyat akhirnya berbondong bondong untuk mengancurkan tembok Berlin tersebut. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 13 Januari 1990 Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu menjadi negara Jerman yang seperti sekarang ini. Revolusi peruntuhan tembok Berlin sukses membuat pemerintah Jerman Timur lengser dan mengubah negara Jerman secara keseluruhan. 

5. TRITURA – 3 TUNTUTAN RAKYAT (1966) 

Ini terjadi pada tanggal 12 januari 1966, semenjak pertengahan tahun 1960-an Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi akibat politik Soekarno yang anti neokolim alias anti dengan kapitalisme asing, akibatnya bantuan dari luar negeri banyak yang dicabut dan Indonesia mengalami inflasi gila-gilaan dan puncaknya adalah peristiwa G30S PKI pada tahun 1965. Akibat peristiwa ini, berhembus anti PKI dan anti Soekarno dikalangan masyarakat. Soekarno dianggap sebagai pro komunis dan diangap gagal menstabilkan situasi politik dan ekonomi saat itu, akhirnya terjadi demonstrasi besar di awal tahun 1966 yang menuntut Soekarno dalam tritura, tuntutan itu berisi sebagai berikut : 

1. Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) 

2. Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur unsur yang terlbat G30S 

3. Penurunan Harga 

Tapi ternyata Soekarno tidak memenuhi tuntutan ini sehingga demonstrasi makin meluas, seorang mahasiswa pun gugur dalam demonstrasi ini dan saking ricuhnya demonstrasi ini sampai-sampai Universitas Indonesia (UI) harus menutup operasionalnya selama sehari. Singkat cerita Soeharto akhirnya mendapat Supersemar atau Surat perintah sebelas maret dari Soekarno untuk membantu Soekarno meredam situasi di negara, tapi akibat rentetan peristiwa ini Soekarno justru harus lengser dari jabatannya sendiri sebagai presiden Republik Indonesia di tahun 1967. 

6. Demonstrasi 1998 

Demonstrasi ini juga diawali dengan krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1997. Krisis moneter terjadi akibat melemahnya rupiah yang berbarengan dengan melemhanya banyak mata uang asia. Saat itu Dollar yang semula bernilai Rp.2.350 per dollar AS mendadak melonjak naik menjadi Rp 16.000 per dollar AS dalam waktu beberapa bulan saja. Akhirnya terjadi inflasi gila-gilaan, harga barang naik, rakyat menjadi susah dan terjadilah Rush Money di bank-bank Indonesia. Demonstrasi pun terjadi dimana-mana dan tentu saja berakhir dengan kerusuhan, dan akibat dari demonstrasi ini Presiden Soeharto akhirnya lengser dari jabatannya dan digantikan oleh B.J Habibie. Sejak saat itu Indonesia memasuki era reformasi dan ini menandai berakhirnya era Orde Baru. 

Jika kita lihat dalam sejarah pola untuk terjadinya revolusi dalam suatu negara semuanya sama, selalu diawali dengan krisis terlebih dahulu di saat itulah rakyat akan menjadi susah, lapar dan kesulitan mencari pekerjaan. Kondisi ini membuat rakyat jadi mudah sekali stress dan mudah sekali tergiring isu sehingga sangat mudah untuk turun ke jalan lalu melakukan unjuk rasa, jika unjuk rasa berakhir dengan kekerasaan dan negara menjadi chaos, di saat itulah terjadi perubahan dalam tata pemerintahan atau tata sosial, entah pempmpin yang masih eksis akhirnya lengser dari jabatannya, runtuhnya kabinet di dalam negara tersebut atau bentuk negara tersebut akhirnya berubah. Jadi berhati-hatilah setiap ada krisis agar hal serupa tidak pernah terulang kembali, terlepas dari revolusi itu diperlukan atau tidak tapi kondisi krisis bisa jadi celah bagi orang-orang di luar pemerintahan mengambil kesempatan untuk berkuasa. Maka mari kita jaga kewarasan selama krisis Covid-19. Jangan mudah di provokasi!


Oleh : Dika Agung Wahyudi 

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik – UM Cirebon

Lebih baru Lebih lama